Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar
Tujuan : Memahami peran guru
Merdeka Belajar menurut Ki Hajar Dewantara
Salam Guru Hebat!
1) Pemahaman gagasan dan prinsip pendidikan
berdasarkan pemikiran KHD
Ki Hajar Dewantara menggagas perlunya sistem pendidikan yang humanis dan transformatif, yang dapat memelihara kedamaian dunia.
Ki Hajar Dewantara memperkenalkan SISTEM
AMONG, yaitu :
-
Ing
Ngarsa Sung Tuladha, seorang guru haruslah memberikan contoh yang baik;
-
Ing
MadyaMangun Karsa, seorang guru haruslah memberikan semangat pada murid;
-
Tut
Wuri Handayani, seorang guru haruslah memberikan dorongan/menjadikan murid
mandiri atau merdeka yang tumbuh dan berkembang secara maksimal.
Ruh dan makna dari Sistem Among oleh
Ki Hajar Dewantara ini adalah untuk memerdekakan murid untuk menghidupkan dan menggerakkan
kekuatan mereka lahir dan batin yang menjadi jiwa-jiwa kita sebagai pendidik.
Menurut Ki Hajar Dewantara,
pendidikan yang sesuai dengan bangsa kita adalah pendidikan yang humanis,
kerakyatan dan kebangsaan, yaitu pendidikan yang tidak hanya menebarkan
pengetahuan dan kecerdasan saja, akan tetapi juga pendidikan yang memperhtikan
pendidikan sosial emosional , olah rasa dan kultural.
Pendidikan kultural adalah pendidikan
berdasarkan garis bangsa dan budaya. Pendidikan kultural ini yang akan
melengkapi, mempertajam dan memperkaya pendidikan kecerdasan murid.
Cita-cita utama Ki Hajar Dewantara
adalah kemerdekaan setiap murid untuk mengatur dirinya sendiri, agar
murid-murid berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka dalam ketertiban
bersama, demi mewujudkan cita-cita pendidikan nasional.
Pendidikan nasional yang berdasarkan
garis bangsa dan budaya bertujuan untuk mengangkat derajat rakyat dan negerinya
serta setara bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain demi kemuliaan umat manusia
di dunia. Maka, pendidikan yang memerdekakan muridlah yang dapat menjadi
pegangan kita.
2) Pemahaman
untuk memfasilitasi murid agar tumbuh sesuai dengan kodratnya
Pendidikan bergerak dinamis
menyesuaikan keadaan yang terus bergerak begitu cepat. Sebagai guru perlu
mengantisipasi dan membaca arah perubahan tersebut.
Menurut Ki Hajar Dewantara, segala
perubahan yang terjadi pada murid dihubungkan dengan kodrat keadaan, baik alam
dan zaman.
Bagaimana cara
menghubungkan dasar pendidikan murid dengan kodrat dan kodrat zaman?
Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana
mereka berada.
Setiap murid dilahirkan
dengan kodrat alam yang berbeda-beda. Ada yang tinggal di perkotaan, pedesaan,
pantai, gunug, dll. Agar murid dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alamnya
maka seorang guru atau pendidik perlu
memberikan pembelajaran yang
kontekstual.
Misal mayoritas murid adalah anak
petani karet, maka sebaiknya diberikan wawasan dan informasi tentang bagaimana
cara menjaga kelestarian alam yang dikontekskan merawat pohon karet agar produksi
getahnya semakin baik kualitasnya.
Kodrat zaman adalah bagian dasar pendidikan murid yang berhubungan dengan isi lingkungan dan irama.
Perubahan zaman merupakan keniscayaan yang tidak
bisa kita cegah. Zaman berubah, cara mendidk dan mengajar pun menyesuaikan demi
murid-murid kita. Muatan pendidikan dan cara belajar setelah masa
kemerekaan tentu berbeda dengan muatan pendidikan dan cara belajar pada abad 21.
Maka pendidik atau guru harus bergegas beradaptasi terhadap kodrat zaman untuk
membantu murid mencapai selamat dan bahagia.
Seiring dengan perubahan yang terjadi dalam
pendidikan secara global, Ki Hajar dewantara mengingatkan pengaruh-pengaruh
dari luar hendaknya tetap dipilah mana yang sesuai dengan kearifan lokal sosial
budaya Indonesia.
Di sisi lain, di era berlimpahnya informasi saat
ini kita pendidik tidak dapat membatasi , menolak dan memilih informasi secara
langsung. Yang dapat kita lakukan adalah menanamkan budaya kearifan lokal
yang logis serta memberikan pendidikan yang sesuai dengan kodrat zaman ,
pendidikan abad 21 yaitu memberikan kecakapan berpikir kritis.
Dengan demikian pembelajaran yang kontekstual
dengan kodrat alam dan kodrat zaman serta peran guru sebagai penghubung sangat
dibutuhkan, karena hal itu akan membantu menguatkan kekuatan-kekuatan kodratnya.
3)
Penerapan pembelajaran yang memerdekakan murid
Pendidikan adalah suatu proses yang
dinamis. Pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman
dan juga kondisi murid.
Untuk menyikapi adanya
perubahan-perubahan tersebut diperlukan adanya suatu prinsip pembelajaran yang
berpihak kepada murid. Dalam hal ini, maka asas Trikon yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara dianggap menjadi jawaban yang tepat menuju pembelajaran yang memerdekakan
murid atau berpihak kepada murid. Dengan Trikon (kontinyu, konvergen dan
konsentris) guru dapat merancang pembelajaran yang berkelanjutan, terbuka dan
berdasarkan kebudayaan bangsa.
Asas trikon yang dimaksud adalah :
Kontinyu adalah pendidik menuntun murid dengan perencanaan dan
pengembangan secara berkesinambungan, menyatu dengan alam, masyarakat Indonesia
untuk mewariskan peradaban.
Konvergen adalah pendidik menuntun murid dengan pemikiran terbuka terhadap segala
sumber belajar, mengambil praktik-praktik baik dari kebudayaan lain, menjadikan
kebudayaan kita bagian dari alam universal.
Konsentris adalah pendidik menuntun murid berdasarkan kepribadian, karakter dan
budaya.
Bapak/Ibu untuk memberikan umpan balik klik di sini.
Posted by Mahmuddin